Beberapa aplikasi HPLC dalam
kehidupan :
1) HPLC dengan
prinsip kromatografi banyak digunakan pada industri farmasi dan pestisida.
2) Zat- zat dengan
kepolaran berbeda yaitu antara sedikit polar sampai polar dapat dipisahkan dengan HPLC berdasarkan partisi cair-cair.
3) Asam-asam
nukleat dapat dipisahkan dengan kolom penukar ion yang dikombinasikan dengan
kolom butiran berlapis zat berpori.
4) Morfin, heroin
dan semacamnya telah dapat dipisahkan dengan rezin Zipax-SAX.
5) Dapat
memisahkan vitamin-vitamin yang larut dalam air.
6) Digunakan untuk
menentukan berat molekul polimer dan masalah-masalah biokimia.
7) Kromatografi cairan kinerja tinggi
(KCKT/HPLC) digunakan untuk memisahkan golongan-golongan takatsiri, misalnya
terpenoid tiggi, segala jenis senyawa fenol, alkaloid, lipid dan gula.
8) HPLC cocok digunakan untuk memisahkan
minyak atsiri. Minyak atsiri terdiri atas campuran yang sangat rumit menjadi
golongan-golongan senyawa atau memisahkan golongan senyawa menjadi
komponen-komponennya.
Beberapa contoh penelitian :
Analisis Anion Nitrat (NO3-)
Nitrat sebagai
hasil proses alami atau industri akan bisa memasuki bahan alam atau bahan
industri seperti air yang sangat dibutuhkan manusia atau untuk kebutuhan
industri. Kandungan dalam jumlah tertentu akan sangat mempengaruhi kualitas air
tersebut. Untuk itu diperlukan suatu metode analisis yang teruji untuk mengukur
kandungan nitrtat tersebut. Dengan menggunakan HPLC sebagai instrumen analisis
dan dengan pengembangan metode dapat diketahui validitas penggunaan HPLC untuk
analisis anion nitrat. Dari beberapa model pemutakhiran HPLC diketahui metode
analisis HPLC dengan kolom IC Pak Anion serta eluen campuran Na-Borat glukonat
: Butanol : Asetonitril (1:1:10) dan detektor Konduktivitas dapat menganalisis
ion nitrat dalam air tangki reaktor, dengan batas deteksi 3,661 ppm dan
sensitivitas 0,01 ppm serta uji recovery 110,41+ 1,59%.
Analisis Vitamin C
Metode HPLC
juga dapat digunakan sebagai dasar dari analisis vitamin C, yakni dalam
menentukan susunan kimianya.Susunan kimia vitamin C ditemukan pada tahun 1933 oleh
ilmuwan Inggris dan Swiss. Isolasi asam askorbat mula-mula ditemukan oleh King
dari USA dan Szent-Gyorgy dari Hungaria. Vitamin ini mempunyai dua bentuk,
yaitu bentuk oksidasi (bentuk dehydro) dan bentuk reduksi. Kedua bentuk ini
mempunyai aktivitas biologi. Dalam makanan bentuk reduksi yang terbanyak.
Banyak dehydro dapat terus teroksidasi menjadi diketogulonic acid yang inaktif.
Analisis Ekstrak
Etanol Rimpang Tanaman Zingiberaceae
Rimpang tanaman
Zingiberaceae pada umumnya mengandung metabolit sekunder golongan minyak atsiri
sebagai zat kandungan yang menguap dan golongan lain berupa zat yang tidak
menguap dan bahkan pada beberapa Curcuma spp. dan Kaempferia spp. terdapat
komponen utama yang terkristalkan dari ekstrak total yang diuapkan pelarutnya
(etanol, heksan) sebagai komponen utama. Banyaknya komponen kandungan dalam
rimpang dengan berbagai polaritas menuntut penggunaan metoda analisis kromatografi
instrumental dengan selektifitas (resolusi) yang tinggi, kromatografi cari
kinerja tinggi (HPLC) untuk komponen yang termolabil, seperti dilakukan untuk
stabilitas kandungan gingerol dari rimpang Jahe dan andrografolid dari
Sambiloto.
Untuk mendapatkan
metoda HPLC dengan resolusi tinggi dibutuhkan cara eluasi gradient, dengan
program menurun polaritasnya, yaitu mulai dari 10% metanol sampai metanol 100%
dan pada umumnya ditambahkan asam fosfat sebagai cara untuk menekan ionisasi
senyawa metabolit sekunder tanaman yang umumnya bersifat asam, seperti prinsip
pasangan ion.
Sampel analisis HPLC dibuat dari
simplisia rimpang bentuk serbuk dimaserasi-perkolasi dengan pelarut bahan
sampai diperoleh perkolat 10 kali berat bahan. Perkolat diuapkan dengan rotavapor
sampai diperoleh kepekatan 1 ml ekstrak = 1 gram serbuk simplisia, diperoleh
suatu ekstrak total. Sebelum ekstrak dianalisis HPLC, dilarutkan kembali dalam
metanol ( 10X), kemudian dilakukan filtrasi melalui " Sepak " (SPE
C18 1 X 1 cm) untuk selanjutnya diinjeksikan sejumlah 20 ul ke HPLC.
Kondisi HPLC
dalam penelitian adalah sbb.: Eluasi dilakukan gradien pada kondisi awal
Solvent-A (As-fosfat 0,1 N dalam aquabidestillata) : Solvent B
(Metanol pro HPLC) = 90 10; kemudian program gradien linear selamn 35 menit
menuju 100% Metanol, dilanjutkan 15 menit Metanol 100%, dilanjutkan program
pencucian kolom dengan 40% MetOH selama 10menit, dan diakhiri kembali kekondisi
awal (10% MetOH) dalam waktu 5 menit. Kromatogram direkam selama total waktu 60
menit. Setiap kali injeksi bahan uji (ekstrak) memerlukan waktu 75 menit,
kemudian dapat langsung diinjeksikan bahan uji berikutnya. Analisis HPLC
dilakukan pada setiap sampel ekstrak dengan kondisi eluasi dan deteksi pada
panjang gelombang 254 nm 365 nm. Analisis data : Sidik jari HPLC masing-masing
ekstrak dianalisis dan dibedakan berdasarkan jumlah puncak komponen dan waktu
retensinya untuk dicari karakterisasinya jika ada dalam campuran atau dalam
produk.
Dari hasil
pengamatan kromatogram, dapat disimpulkan bawah pada ekstrak C.domestica,
C.xanthorrhiza dan C.zedoaria, jumlah puncak pada 254nm sama dengan jumlah
puncak yang muncul pada 365nm juga dan jumlah puncak pada 365nm lebih besar
dari pada jumlah puncak 254nm, sehingga untuk membuat sidik jari kromatogram
HPLC terbaik digunakan deteksi pada 365nm. Pada ekstrak Alpinia galanga,
Z.cassumunar, Z.zerumbet dan K.galanga, jumlah puncak pada 365nm sama dengan
jumlah puncak yang muncul pada 254nm juga dan jumlah puncak pada 254nm lebih
besar dari pada jumlah puncak 365nm, sehingga untuk membuat sidik jari
kromatogram HPLC terbaik digunakan deteksi pada 254nm. C heyneana, C
aeroginosa, Z offinalis, K pandurata, K angustifolia dan K rotunda jumlah
puncak yang muncul sama pada 254nm dan 365nm lebih kecil dari jumlah puncak
pada 254nm dan pada 365nm, sehirigga untuk pembuatan sidik jari kromatogram
HPLC harus digunakan kombinasi deteksi pada 254nm clan 365nm.
Pengukuran Tingkat Kematangan Buah Manggis
Mutu
buah-buahan segar saat ini umumnva masih dievalusi secara manual yang
menggunakan tanda-tanda visual seperti warna kulit. Hasil evaluasi visual yang
hanya menilai sifat fisik bagian luar ini tidak selalu mencerminkan tingkat
kematangan dan kerusakan bagian dalam buah. Bila ingin menentukan mutu bagian
dalam buah harus digunakan cara kimia basah (HPLC) yang bersifat merusak. Dalam
menanggulangi masalah ini perlu dilakukan suatu penelitian mengenai teknologi
tertentu yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan mutu bagian dalam buah-buahan
secara tidak merusak.
Hasil penelitian
tugas akhir yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode ultrasonik dapat
dipakai untuk menentukan tingkat kematangan buah manggis secara tidak merusak.
Berdasarkan basil kalibrasi 80 buah manggis, kecepatan gelombang ultrasonik
yang merambat melalui buah manggis untuk tiap tingkat kematangan mempunvai
nilai yang berbeda-beda. Buah manggis yang masih mentah mempunyai kecepatan
gelombang ultrasonik rata-rata 337.4 m/s, untuk buah setengah matang 369.1 m/s,
buah matang 397.4 mis, serta untuk buah Iewat matang mempunyai nilai kecepatan
rata-rata 449.6 mis. Nilai kecepatan rata-rata gelombang ultrasonik yang
merambat pada tiap tingkat kematangan buah digunakan untuk membuat suatu
persamaan empiris. Persamaan ini menghubungkan tingkat kematangan terhadap
kecepatan gelombang ultrasonik untuk memperkirakan tingkat kematangan
berdasarkan ultrasonik. diperoleh Tk = 0.0268 V 7.9258.
Persamaan
empiris yang diperoleh diuji dengan pengukuran kecepatan pada berbagai kondisi
buah dengan warna visual yang beraneka ragam. Berdasarkan basil uji coba 100
buah manggis diperoleh perbedaan perkiraan kematangan antara ultrasonik dan
warna kulit. Perbedaan tersebut mencapai 21%, hal ini menunjukkan bahwa warna
kulit belum tentu mencerminkan tingkat kematangan dan kerusakan bagian dalam
buah.
Pendugaan Kandungan Senyawa Bioaktif
Atau Senyawa Penciri Beberapa Tanaman Obat
Secara kualitatif dan kuantitatif
suatu senyawa aktif dapat diketahui antara lain melalui metode HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) dan FTIR (Fourier Trasfrorm Infrared).
Penentuan kandungan senyawa aktif atau senyawa penciri dilakukan melalui proses
yang panjang meliputi penghancuran bahan, pelarutan, dan pengukuran dengan HPLC
dan FTIR. Proses ini memerlukan waktu dan biaya yang relatif mahal. Untuk itu
sangat diperlukan metode yang handal tetapi relatif mudah untuk dioperasikan.
Alternatif cara penentuan lain yang menyatakan hubungan antara kandungan
senyawa aktif atau penciri hasil pengukuran HPLC dengan data hasil pengukuran
FTIR (absorban).
Ketersediaan model ini akan
menghemat waktu dan biaya. Pada tahun pertama dilakukan penentuan metode
ekstraksi terbaik untuk senyawa aktif Gingerol dan Kurkumin yang berasal dari
hasil pengamatan contoh petani jahe dan temulawak daerah Kulonproggo dan Karanganyar.
Pada tahun pertama penyusunan model kalibrasi menggunakan dua sumber yaitu data
simulasi dan data pengamatan petani jahe dan temulawak daerah Kulonprogo dan
Karanganyar. Pendekatan terbaik untuk kalibrasi yang diperoleh pada tahun
pertama digunakan untuk penyusunan model kalibrasi data persentase transmitan
Gingerol dan Kurkumin tanaman hasil percobaan pada tahun kedua. Model kalibrasi
yang diperoleh pada tahun kedua merupakan model terbaik berdasarkan data
simulasi, data hasil pengamatan (Karanganyar dan Kulonprogo) serta data hasil
percobaan. Pada tahun ketiga dilakukan validasi model kalibrasi yang diperoleh
apda tahun sebelumnya dengan cara menerapkannya pada data konsentrasi dan
persentase transmitan Gingerol dan Kurkumin yang berasal dari hasil pengamatan
jahe dan temulawak yang diambil dari contoh Bogor, Cianjur, Kuningan,
Majalengka dan Sukabumi.