Dalam industri makanan tentunya
dikenal berbagai cara atau teknik pengawetan makanan, salah satunya teknik
pengawetan jeli dan selai yang menggunakan gula sebagai bahan pengawetnya.
Proses pengawetan jeli dan selai yang memakai gula ternyata menggunakan konsep
tekanan osmotik didalamnya.
Osmosis adalah proses
perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah atau pelarut
murni melalui membran semipermeabel menuju larutan yang memiliki
konsentrasi lebih tinggi hingga tercapai
kesetimbangan laju pelarut. Pada proses osmosis, molekul-molekul pelarut
bermigrasi dari larutan
encer ke larutan yang lebih pekat hingga dicapai keadaan kesetimbangan laju perpindahan pelarut di antara kedua medium itu.
Tekanan yang diterapkan untuk
menghentikan proses osmosis dari larutan encer atau pelarut murni ke dalam
larutan yang lebih pekat dinamakan tekanan osmotik larutan, tekanan
osmotik larutan berbanding lurus dengan konsentrasi molar zat.
Jika dua jenis larutan yang konsentrasinya
berbeda dimasukkan ke dalam wadah kemudian kedua larutan itu dipisahkan dengan
selaput semipermeabel.
a) Larutan
dan pelarut dipisahkan oleh membrane semipermeabel. Molekul pelarut lebih banyak
bergerak menuju larutan.
b) Akibatnya,
volume larutan meningkat dan perbedaan tinggi cairan yang terbentuk pada kesetimbangan
membuat tekanan yang disebut tekanan osmosis
Gula merupakan bumbu dapur yang
bisa berperan sebagai bahan pengawet makanan alami. Jika garam digunakan untuk
mengawetkan daging dan ikan, maka gula digunakan untuk mengawetkan buah-buahan.
Contohnya selai dan jeli.
Dalam Industri makanan ringan baik
skala rumah tangga maupun pabrik, ternyata sering memanfaatkan konsep tekanan
osmosis pada pengawetan selai dan jeli yang mengandung sari buah didalamnya.
Mengingat salah satu fungsi gula yaitu sebagai bahan pengawet buah-buahan, gula
dalam jumlah yang banyak ternyata penting dalam proses pengawetan karena gula
membantu membunuh bakteri yang bisa mengakibatkan botulisme (keracunan makanan).
Bila sel bakteri berada
dalam larutan gula hipertonik (konsentrasi tinggi), air intrasel cenderung
untuk bergerak keluar dari sel bakteri ke larutan yang lebih pekat.
Proses ini yang disebut krenasi (crenation), menyebabkan sel mengerut dan akhirnya tidak
berfungsi lagi. Keasaman alami buah-buahan juga menghambat pertumbuhan bakteri.
Suatu larutan dikatakan hipertonik jika memiliki konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi dibandingkan larutan pembandingnya. Dalam hal ini, larutan
pembanding akan bersifat hipotonik karena memiliki konsentrasi zat terlarut
lebih kecil.
Sel
bakteri yang berada dalam larutan gula hipertonik, akan terus-menerus
mngeluarkan air intrasel keluar dari sel
menuju ke larutan gula hipertonik tersebut. Sel bakteri pun akan mengerut, mengalami
dehidrasi, dan bahkan dapat mati, ini yang disebut dengan krenasi
(crenation),
maka dari itu proses pengawetan makanan
dapat terjadi karena dengan adanya tekanan osmotik dapat membuat makanan awet
terhindar dari bakteri pengrusak zat-zat yang ada didalam makanan. Keasaman alami buah-buahan juga menghambat pertumbuhan
bakteri.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Nurani, E., 2012, Aplikasi Konsep Tekanan Osmosis,
online, http://id.scribd.com/doc/102050650/Aplikasi-Konsep-Tekanan,
18/11/2012.
2. Elizabeth,
2011, APLIKASI TEKANAN OSMOSIS DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI, online, http://catatangurukimia.blogspot.com/2011/08/aplikasi-tekanan-osmosis-dalam.html,
18/11/2012.
3. Prasetyo,
A., 2011, Zat Pengawet Makanan yang Aman,
online, http://agengdwiprasetyo.blogspot.com/2012/04/zat-pengawet-makanan-yang-aman.html,
18/11/2012.
4. Bio
Fan Club, 2012, Mekanisme Transpor pada
Sel, online, http://biosejati.wordpress.com/2012/01/21/mekanisme-transpor-pada-sel/,
18/11/2012.
5. Mutiarafajar,
2010, Tekanan Osmosis, online, https://mutiarafajar.wordpress.com/category/kimia/, 18/11/2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar