I.
Latar
Belakang
Pada ginjal berlangsung proses
pembentukan urine. Pembetukan urine melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan
augmentasi. Dan hasil akhir dari proses pembentukan urine yaitu urine yang
sebenarnya. Urine sebenarmya akan menuju ke kantong kemih (pelvis renalis)
melalui ureter.
Albuminuria (Proteinuria) adalah adanya protein di dalam urine manusia yang
melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak
lebih dari 140 mg/m2.Dalam keadaan normal, protein didalam urin
sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.
Sejumlah protein ditemukan pada
pemeriksaan urine rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal
dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius. Protein dikeluarkan
urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab
untuk metabolisme yang serius. Adanya protein di dalam urin sangatlah penting,
dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya
penyebab/penyakit dasarnya. Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan
penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%. Jadi proteinuria tidak selalu
merupakan manifestasi kelainan ginjal.
Biasanya proteinuria baru dikatakan
patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari. Pada beberapa kali pemeriksaan dalam
waktu yang berbeda. Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin
telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit
diatas nilai normal. Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin
melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.
Dalam keadaan normal, walaupun
terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma
yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin. Ini
disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu, filtrasi glomerulus dan reabsorbsi
protein tubulus.
II. Patofisiologi Albuminuria
Proteinuria (albuminuria) dapat meningkatkan melalui salah
satu cara dari ke-4 jalan yaitu:
1.
Perubahan
permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama abumin.
2.
Kegagalan
tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.
3.
Filtrasi
glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low
Molecular Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi
tubulus.
4.
Sekresi yang
meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon untuk
inflamasi.
Derajat
proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada
ginjal yang berakibat hilangnya protein. Sejumlah besar protein secara normal
melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin. Muatan dan selektivitas
dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan
berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus. Jika sawar ini
rusak, terdapat kebocoran protein plasma ke dalam urin (proteinuria
glomerulus). Protein yang lebih kecil (<20 kDal) secara bebas disaring
tetapi di absorbsi kembali oleh tubulus proksimal. Pada individu normal
ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari protein total dan albumin hanya sekitar
30 mg/hari sisa protein pada urin akan diekskresi oleh tubulus atau sejumlah
kecil β-2 mikroglobulin, apoprotein, enzim dan hormon peptida.
Dalam keadaan
normal glomerulus endotel membentuk barier yang menghalangi sel maupun partikel
lain menembus dindingnya.Membran basalis glomerulus menangkap protein besar
(>100 kDal) sementara foot processes dari
epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk
transpor melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion
glikoprotein yang kaya akan glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan
negatif pada pH fisiologis.Muatan negatif akan menghalangi transpor molekul
anion seperti albumin.
Mekanisme lain
dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria abnormal
yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus. Ini biasanya sering dijumpai pada
diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan
produksi monoklonal imunoglobulin rantai pendek. Rantai pendek ini dihasilkan
dari kelainan yang disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada
tubulus proksimal. Bila ekskersi protein urin total melebihi 3,5 gram sehari,
sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (sindrom
nefrotik).
·
Proteinuria Glomerulus
Bentuk
proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal dimana albumin adalah
jenis protein yang paling dominan pada urin sedangkan sisanya protein dengan
berat molekul rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja.
Dua faktor utama yang menyebabkan
filtrasi glomerulus protein plasma meningkat: 1). Ketika barier filtrasi diubah
oleh penyakit yang dipengaruhi glomerulus, protein plasma, terutama albumin,
mengalami kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus
yang berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit glomerulus dikenal
penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan selularitas yang
berubah. 2). Faktor-faktor hemodinamik menyebabkan proteinuria glomerulus oleh
tekanan difus yang meningkat tanpa perubahan apapun pada permeabilitas
intrinsik dinding kapiler glomerulus.
Proteinuria ini
terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan kenaikan
permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.
1. Mikroalbuminuria
Pada keadaan
normal albumin urin tidak melebihi 30mg/hari. Bila albumin di urin
30-300mg/hari atau 30-350 mg/hari disebut mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria
merupakan marker untuk proteinuria klinis yang disertai dengan penurunan faal
ginjal LFG (laju filtrasi glomerulus) dan penyakit kardiovaskular sistemik.
Pada pasien diabetes mellitus tipe I dan II, kontrol ketat gula darah, tekanan
darah dan mikroalbuminuria sangat penting.
Hipotesis
mengapa mikroalbuminuria dihubungkan dengan risiko penyakit kardiovaskular
adalah karena disfungsi endotel yang luas. Beberapa penelitian telah
membuktikan adanya hubungan peranan kegagalan sintesis nitrit oksid pada sel
endotel yang berhubungan antara mikroalbuminuria dengan risiko penyakit
kardiovaskular.
2. Proteinuria Klinis
Pemeriksaan
ditentukan dengan pemeriksaan semi kuantitatif misalnya dengan uji Esbach dan
Biuret. Proteinuria klinis dapat ditemukan antara 1-5 g/hari.
·
Proteinuria Tubular
Jenis
proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100-150 mg/hari,
terdiri atas β-2 mikroglobulin dengan berat molekul 14000 dalton. Penyakit yang
biasanya menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Faankoni,
pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal.
III.
Gejala Albuminuria
Timbulnya oedem
(pembengkakan berisi cairan) pada daerah-daerah tertentu. Oedem ini timbul
karena kurangnya kadar protein albumindi dalam darah sehingga tekanan osmotic
di dalam pembuluh darah semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan cairan yang
ada di pembuluh darah akan merembes ke jaringa-jaringan lain di luar pembuluh
darah sehingga timbulah oedem.
IV.
Cara
Mengatasi Albuminuria
Albuminuria
dapat diatasi dengan cara membiasakan diri minum 8 gelas sehari walaupun
sebenarnya tidak merasa haus. Selain itu pencegahannya juga dapat dilakukan
dengan tidak mengkonsumsi hanya salah satu zat gizi saja secara berlebihan
(misalnya hanya kalsium atau protein saja). Artinya makanan yang kita makan
juga harus seimbang, baik dari segi jumlah maupun kadarnya.
V.
Penanganan
Albuminuria
Dasar penanganan
albuminuria adalah sebagai berikut :
a. Pengobatan
non-spesifik, yaitu pengobatan diluar dari penyebab yang mendasari, dengan
asumsi pasien tidak memiliki kontraindikasi terhadap terapi.
b. Pengobatan
spesifik, yaitu pengobatan yang tergantung pada penyebab ginjal / renal, atau
non-renal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar